Jumat, 17 April 2020

Memahami Sebuah Pesan

Dalam dunia yang semakin modern ini banyak aplikasi, aplikasi pesan yang tertulis didalam HandPhone saudara, ada yang namanya Whatsapp, Mesenger FB, ada yang namanya Tweter, Instagram dan masih banyak lagi. Dari banyak aplikasi ini membuka pemahaman dan pergaulan kita semakin hari semakin luas, bahkan berita berita dari berbagai macam penjuru dunia yang dulu kita tidak tahu, namun sekarang dengan sekali tombol kita bisa mengetahui berita berita tersebut. Terkadang berita berita tersebut membuat kita bersukacita namun tidak jarang mumbuat kita menjadi takut. Ada yang berisi menyejukkan ada pula yang isinya membakar hati kita, apalagi kalau tidak senang dengan keadaan yang tidak kita harapkan dan tidak sesuai dengan hati kita, maka dengan sekali tombol kita juga akan bisa meluapkan ketidaksenangan kita, dan seterusnya.
Namun dari banyak applikasi ini ada aplikasi yang mungkin kita buka padaa saat kita butuhkan saja. Kalau applikasi yang disampaikan diatas bisa 1 hari lebih dari 3x seperti orang yang sakit dan harus minum obat sesuai dengan anjuran maka applikasi yang kami sebutkan diatas porsinya juga begitu, bahkan ketika kita membuka HP kita ini yang pertama yang kita buka. Applikasi ini yang akan kita bicarakan ini juga applikasi yang tidak kalah canggih dan hebatnya, namun tidak semua orang memperhatikannya, bahkan terkadang ada applikasi didalam HPnya namun tidak pernah dibuka, bahkan dibuka pas kalau ingat, nama Applikasi ini adalah ALKITAB. Dulu banyak orang Kristen malu riwa riwi bawa Alkitab dengan berbagai macam alasan : ribet, berat, takut dikatakan sok suci, bahkan ada yang nadanya mengejek, kayak pendeta ae, maka dalam perkembangan kemajuan tehnologi sebenarnya kita juga diuntungkan bawa Alkitab tidak berat bahkan kidung puji pujian yang kita pakai ada didalam situ dalam satu applikasi, bukankah ini sudah mengikis beberapa pemahaman pemahaman yang  dulu membuat kita “Malu” membawanya, sekarang kita bebas membawa kemana mana. Hal yang berikutnya adalah bagaimana kita membaca pesan pesan yang ada didalamnya, hal ini akan berhubungan seberapa sering kita membukanya, ada yang membuka kalau pada saat ada kegiatan ibadah ibadah, baik pada saat ibadah keluarga, syukur, atau mungkin digereja
Pada saat ini kami mengajak pembaca untuk membaca satu pesan pada salah satu Applikasi tersebut yang jarang sekali kita buka pada Yohanes 20 : 21 yang demikian Maka kata Yesus sekali lagi “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu”. Ketika kita memutuskan diri untuk mengikut Yesus ada hal hal yang perlu kita lakukan didalam hidup ini, yaitu kita adalah sebagai utusan utusan Kristus, sebagai saksi saksiNya yang hidup, apakah kita menyadari itu? Beranikah kita menjadi saksi saksi yang hidup dalam kehidupan kita? Sudahkah kita menjadi saksiNya? Dan seterusnya, banyak pertanyaan yang harus kita jawab didalam hidup ini setelah kita membaca pesan tadi. Apakah ketika Dia mengutus kita dibiarkan berjalan sendirian, tentu saja tidak seperti kepada para murid Dia juga akan memberikan Roh Kudus kepada kita supaya kita dimampukan untuk menghadapi segala tantangan dan hambatan dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang utusan. Kembali lagi pertanyaan yang kita tujukan kepada diri kita sendiri “Gelem apa Ora nglakoni” . Satu pemahaman yang perlu kita tanamkan didalam pikiran dan perasaan kita adalah ketika Tuhan mengutus siapapun untuk melaksanakan karyaNya dalam dunia tentulah sudah menyiapkan Ubo rampe yang akan dipakai dalam melakukan tugasnya itu. Jadi tidak akan pernah Dia meninggalkan dan membiarkan kita sendirian dalam melaksanakan tanggung jawab yang kita emban, kalaupun toh yang kita lalui dan kita hadapi penuh dengan rintangan dan hambatan bahkan beresiko tinggi pastilah semuanya tidak akan lepas dari skenario yang direncanakan olehNya. Yang sering terjadi dalam kehidupan kita adalah betapa lemahnya cara pengenalan kita terhadap Tuhan, kita merasa ketika kita menjadi anak anak Tuhan semuanya akan beres, semuanya akan enak, semuanya akan nyaman. Apabila pola dan cara berfikir kita demikian maka siap siaplah akan mendapatkan kekecewaan. Kita tahu bahwa  Tuhan tidak pernah menjanjikan langit selalu berwarna biru, bunga-bunga mekar tanpa layu, kesukaan tanpa air mata. Tetapi Tuhan menjanjikan kekuatan dan kemampuan hari demi hari. Percayalah...! Tuhan menyertai dan memberkati kita sekalian.  Maka selamat menjalankan tugas pelayanan sampai selesai.

Kamis, 09 April 2020

MAWAS DIRI

Hari ini adalah hari hari dimana menjelang peringatan Jum’at Agung dan tiga hari berikutnya adalah hari raya Paskah. Berbicara tentang kematian dan  kebangkitan mungkin kita juga tidak lupa juga dengan kelahiran yang biasa kita peringati dengan Natal. Inilah sebenarnya yang akan terjadi bagi setiap orang yang percaya dan bersandar kepadaNya, Tuhan Yesus sudah memberikan contoh perjalanan hidup sebagai manusia. Dalam perjalanan hidup tidaklah mulus mulus saja bahkan hambatan dan rintangan selalu ada, bahkan hal ini merupakan tantangan yang perlu dan harus dihadapi. Dia sudah memberikan teladan yang begitu luar biasa, hambatan rintangan bahkan kesengsaraan Dia hadapi dengan ketegaran, cobaan dialamiNya, siksaan Dia rasakan, penderitaan diterimaNya, kematian dihadapiNya dengan penuh kesadaran dan penyerahan. Inilah sesungguhnya sebuah perjalanan hidup setiap manusia yang mau tidak mau, suka tidak suka harus kita lalui.
Sebelum kita menatap kedepan, dan melihat masa depan kita masing masing dalam hal kehidupan maupun dalam hal keimanan, ada baiknya kita meneliti sebentar kehidupan kita yang sudah kita lewati bersama sama. Apakah ketika ada permasalahan, hambatan bahkan rintangan kita menghadapi dengan semboyan “ rawe rawe rantas, malang malang putung” artinya tidak peduli seberapa besar dan seberapa berat resiko yang akan ditanggung maka hambatan rintangan harus selalu dihadapi? Atau,  malah sebaliknya justru malah golek slamete lan golek untunge dewe? Kepedulian simpati bahkan empati sangat jauh dari hidup kita bahkan tak pernah masuk dalam kesadaran kita. Dalam kehidupan, yang dicari hanyalah keuntungan diri sendiri tidak memperdulikan orang lain, sing penting aku enak, sing penting aku kepenak. Dalam hal keimanan, dalam hal pelayanan bahkan dalam persekutuan, pemahaman pemahaman seperti ini sering membuat diri kita semakin jauh dari sang Pencipta alam semesta. Sebagai warga jemaat maunya selalu dilayani tidak mau ambil bagian dalam melayani sesama, sebagai pelayan kita justru sering merasa jabatan sebagai pelayan merupakan sebuah prestige (gengsi) yang patut dipertahankan dan dibanggakan tanpa mau berbuat yang semestinya sebagai seorang pelayan. Justru malah yang terjadi, kita sering minta dilayani dari pada melayani, menghakimi dari pada mendampingi, membiarkan dari pada merengkuh yang pada akhirnya sebutan pelayan hanyalah sebuah jabatan yang tiada arti. Sebagai pengikut Yesus yang disebut Kristus, sudah selayaknya kita mengikuti apa yang sudah diajarkan oleh SOKO GURU kita, bagaimana kita membangun sebuah relasi baik dengan manusia maupun dengan Tuhan Sang Pencipta semesta, melakukan tugas dan tanggung jawab kita terhadap apa yang kita lakukan dan yang sudah dilimpahkan kepada kita, baik secara pribadi maupun dalam persekutuan bahkan sebagai bagian dari bangsa ini. Apakah yang sudah kita lakukan sampai saat ini sudah menyukakan hati Tuhan atau malah sebaliknya  mendukakan hatiNya. Kita sudah ditebus oleh darahNya yang kudus (melalui peristiwa penyaliban), maka hiduplah sebagai manusia yang sudah ditebus karena kita sudah mengambil pilihan mengikut Dia, maka apapun resikonya kita harus siap, sebagai orang yang sudah diselamatkan hendaknya hidup sebagai orang yang telah selamat, karena keselamatan yang sesungguhnya terjadi dua arah, bukan searah, “Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu : Tuhan, Tuhan! Akan masuk kedalam kerajaan sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga”(Mat 7:22). Sebagai orang yang beriman kadang kita tidak menyadari semuanya ini, bahkan ada beberapa orang yang beranggapan bahwa ke gereja satu bulan cukup satu kali, melakukan kegiatan pelayanan hanyalah pekerjaan sampingan, karena gereja tidak memberikan keuntungan, maka akibatnya ketika melakukan sesuatu untuk gereja untuk persekutuan yang terlintas dalam benaknya adalah aku engko oleh pira, aku engko oleh apa sehingga berkat yang selalu dilimpahkan dan dinikmati setiap hari dianggapnya hanyalah sebuah rutinitas tidak dianggap sebagai berkat juga sebagai mujizat, dan seterusnya dan sebagainya.
Maka dengan menghayati perjalanan hidup yang sudah dialami oleh Tuhan Yesus, kita sudah paham betapa tidak mudahnya perjalanan hidup setiap manusia. Oleh karenanya ketika kita menyadari hal yang demikian sudah harus menata diri supaya ketika tugas dan tanggung jawab di dunia selesai maka mahkota kehidupan pasti kita peroleh, maka setiap orang akan bisa mengatakan “Aku telah mengakiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan hakim yang adil pada hariNya. Tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatanganNya” (2 Timotius 4 : 7 - 8). Hidup adalah sebuah kesempatan untuk berbuat yang berguna bagi sesama terlebih kepada Tuhan. Oleh sebab itu marilah kita manfaatkan sebaik baiknya selama masih ada kesempatan itu. Sebagaimana dalam lagu yang seringkali kita dengarkan demikian:
Hidup ini adalah kesempatan
Hidup ini untuk melayani Tuhan
Jangan sia-sia kan waktu yang Tuhan b'ri
Hidup ini harus jadi berkat
Oh Tuhan pakailah hidupku
Selagi aku masih kuat
Bila saatnya nanti
Ku tak berdaya lagi
Hidup ini sudah jadi berkat
Kiranya kita semua dimampukan bukan hanya untuk menyanyikan lagu tersebut. Akan tetapi mewujudkan syair lagu tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam kehidupan berkeluarga, bergereja, bermasyarakat serta berbangsa dan bernegara. Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin.