Sabtu, 11 Juli 2020

Kepasrahan

                    Diceritakan di suatu desa hiduplah 2 orang sahabat yang sejak kecil hidup selalu bersama dalam segala hal. Dengan berjalannya waktu semakin hari, semakin bulan  dan bahkan semakin tahun mereka bertumbuh semakin dewasa. Dari kedua sahabat tersebut ada perbedaan yang sungguh sangat mencolok, yang satu punya sifat segala keinginannya harus tercapai dan yang lainnya melakukan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik, melakukan apa yang harus dilakukan, bahkan terkadang sebagian orang menganggap bahwa orang ini tergolong orang yang malas karena tidak ada inovasi atau gebrakan yang membuat orang lain merasa terkagum kagum. Pertanyaannya apakah dia tidak melakukan sesuatu untuk menghasilkan apa yang diharapkan, apakah dia tidak berusaha untuk menyelesaikannya? Bagaimana dengan yang seorang lainnya yang  selalu berusaha untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, walaupun dengan berbagai macam cara bahkan cara cara yang tidak baik sekalipun. Saat ini sifat sifat yang demikianlah yang sedang berkembang didalam dunia ini tanpa terkecuali ditengah tengah masyarakat kita, banyak orang ingin mendapatkan sesuatu dengan berbagai macam cara, yang terpenting keinginannya tercapai bahkan tidak perduli walau harus mengorbankan dan merugikan orang lain. Jabatan, baik dalam lingkup pekerjaan maupun dalam masyarakat, kekayaan, harta benda atau materi dipakai sebagai alat untuk mendapatkan kebahagiaan, maka tidak jarang saat saat sekarang ini banyak orang karena jabatan, harta benda atau uang rela untuk mengorbankan yang lain bahkan sampai menghilangkan nyawa yang lain tak terkecuali sampai dari keluarganya sendiri. Apakah dunia ini sudah sedemikian sesaknya sehingga demi mempertahankan posisi dan kelangsungan hidupnya harus melakukan hal yang demikian?  Sebagai orang beriman kita sering meminta sesuatu kepada Tuhan entah melalui doa entah melalui bersedekah yang sebenarnya hanyalah bertujuan untuk menyuap Tuhan, memaksa Tuhan untuk meluluskan permintaan dan permohonan kita, tidak jarang pula kita juga mengekang Tuhan dengan mengarahkan Tuhan harus begini Tuhan harus begitu, malah kalau kita mau jujur mengakui bahwa kita itu lebih berkuasa dari pada Tuhan yang menciptakan alam semesta beserta isinya yang didalamnya sana ada manusia. Dia punya kehendak bebas didalam mengatur alam semesta beserta isinya, sehingga kita tidak punya hak untuk mengatur Sang penguasa Alam semesta itu.
                  Dalam kehidupan didunia ini apapun yang terjadi dalam hidup kita tidak akan pernah lepas dari kuasa dan ijinNya, oleh karena itu ada baiknya bagi kita semua mendengar suaraNya bukan suara kita, memahami rencanaNya bukan rencana kita, pemikiranNya bukan pikiran kita, kuasaNya bukan kuasa kita, kehendakNya bukan kehendak kita dan masih banyak lagi, sehingga kita akan selalu dapat menyadari posisi kita yang sebenarnya, tidak menjadi tuhannya Tuhan, maka hidup kita selalu diatur dan dalam perlindunganNya. Kepasrahan adalah dasar bagi kita dalam memahami kehidupan  beriman kepadaNya. Berilah tempat serta ruang bagiNya untuk melakukan kehendakNya dalam kehidupan kita, Dia yang Adoh tanpa wangenan lan cedak tanpa senggolan itu bisa melakukan kehendakNya dengan bebas dalam rangka mengasihi juga menata hidup umatNya dengan baik dan benar sesuai dengan rencanaNya, sedangkan kita sebagai umatNya sudah diberi tanggung jawab untuk selalu berusaha, berdoa dan menyerahkan hasil baik dan buruknya kepadaNya, inilah suatu bentuk kepasrahan yang harus kita lakukan sebagai umat kepunyaanNya karena ini merupakan bentuk proses kehidupan yang harus berlangsung. Sebagai umat sangatlah mutlak kita memperhatikan perintah-perintahNya maka damai sejahtera akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaan akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti. Janganlah tegar tengkuk, serahkanlah dirimu kepada Tuhan serta beribadahlah kepadaNya, lakukanlah tanggung jawabmu dengan baik sesuai dengan perintah dan larangannya sehingga hidupmu layak dihadapanNya.

Kamis, 21 Mei 2020

Kesadaran

                        Dunia hari-hari ini terasa semakin hari semakin dekat dengan ketiadaan, karena semakin hari harga sebuah kehidupan semakin tiada harga. Penyebab dari semuanya ini bukanlah karena kemerosotan alam yang kita hidupi, akan tetapi disebabkan oleh keangkuhan setiap penghuni dunia ini. Banyak pernyataan dan kenyataan yang sudah menutupi pandangan dan pemahaman kita sebagai kodrat manusia. Terkadang apa yang dilakukan menurut diri sendiri untuk kebaikan dan pemenuhan karya Tuhan, namun kenyataan sesungguhnya hanya demi kebaikan diri sendiri, ketenaran diri sendiri, kepentingan diri sendiri, rasanya memang tidak mudah melakukan kebaikan yang tanpa pamrih. Apalagi seperti saat ini, dengan kenyataan yang ada, pada situasi pandemi, perjalanan hidup dibuat tidak pasti, alur yang sudah tertata menjadi berantakan, kehidupan yang digadang gadang dan menjadi harapan besar, musnah dengan hal yang tidak terduga. Kebiasaan yang dibangun oleh manusia agar semuanya terlihat luar biasa baik, berubah total menjadi berbalik tegak lurus. Apalagi komunitas yang mengatasnamakan keyakinan, dengan pemahaman yang mereka bangun untuk mendiskriditkan yang lain, untuk merendahkan yang lain bahkan untuk memberangus kebebasan yang lain, apakah masih perlu dipertahankan dalam membangun hubungan antar sesama ciptaan? Yang perlu dibangun dalam kehidupan didunia ini adalah kebersamaan bukan persamaan, namun dalam kenyataan hidup, kita lebih bangga dengan persamaan bukan kebersamaan. Kalau tidak sama berarti berbeda, kalau berbeda dianggap lawan, dan ketika sudah dianggap lawan apapun cara bahkan bisa dikatakan sebagai bermacam cara dilakukan untuk menjatuhkan lawannya itu. Ketika kebersamaan itu semakin hilang maka kepentingan kepentingan pribadi yang menjadi lebih dominan menguasai kehidupan kita. Ketaatan semakin tipis kesadaran semakin musnah dan egoisme menjadi merajalela. Peringatan peringatan yang semuanya demi kebaikan bersama menjadi terabaikan karena hawa nafsu yang terpupuk, oleh karena itu keangkuhan tumbuh semakin subur dalam diri setiap manusia. Kita bisa melihat saat ini dalam situasi pandemi, peringatan dari yang berkompeten dianggapnya sebagai penghalang, bahkan dilanggar karena yang mengingatkan adalah sesama manusia bukan Tuhan, sehingga sulit untuk dimengerti dan diterima, kenapa? Karena sudah tertutup oleh tradisi tradisi kebebasan dan gawe sak karepe dewe.
                Pada situasi seperti saat ini kita diingatkan Oleh Sang Pencipta melalui proses ini, agar kita menyadari betapa penting sebuah kebersamaan tidak memandang siapa mereka, baik yang menganggap kawan maupun lawan, maka membangun komunitas yang baru menurut manusia akhir jaman ini perlu dilakukan. Kembali kepada Kodrat Alam yang Tuhan Ciptakan adalah hal yang harus dilaksanakan. Sang Penguasa Alam Semesta menciptakan Dunia ini berangkat dari keberbedaan yang Ia bangun supaya semuanya menjadi "Prayoga linuwih" menjadi lebih baik. Kami dapat sampaikan bahwa kodrat kita adalah berbeda sejak awal penciptaan. Siang dengan malam, Bumi dengan cakrawala, daratan dengan lautan, Binatang darat dengan Binatang laut, Tumbuh tumbuhan, puncaknya adalah penciptaan manusia, manusia diciptakan terdiri dari laki laki dan perempuan. Berangkat dari sinilah maka pola dan cara berfikir setiap manusia tidak akan pernah sama, namun satu sama lain saling melengkapi. 
                  Ada beberapa hal yang perlu kita pahami sebagai dasar untuk melihat dan memahami dimana posisi serta tanggung jawab kita sebagai manusia dalam memaknai tentang kesadaran. Pertama, Kesadaran sebagai umat Tuhan, Manusia diciptakan oleh Allah serupa dengan gambarNya supaya manusia dapat meneladani sifat sifat Allah didalam dirinya, mengasihi, melindungi, melakukan kebaikan dalam setiap perbuatan, memperhatikan satu dengan yang lain, bukan menghancurkan satu terhadap yang lain sehingga kita dapat melakukan hukum kasih dengan benar yaitu mengasihi sesama manusia seperti mengasihi diri sendiri (sudahkah kita melakukannya). Mengapa demikian, karena hanya Omong kosong saja jika mengatakan aku mengasihi Tuhan dengan segenap hati (apakah kita sudah mengasihi dengan segenap hati kalau masih terselip alasan alasan untuk menghindarinya), dengan segenap jiwa (apakah pola berfikir kita sudah mengarah kepada pemahaman yang diberikan oleh Tuhan dalam hidup kita), dan dengan segenap akal budi(apakah kita melakukan kasih sudah menggunakan nalar kita, maka disini bisa dicontohkan ketika seorang anak tidak menurut kepada orang tuanya dalam hal ini Bapanya, bagaimana perasaan sang bapa?) Maka mengasihi  Allah itu menggunakan nalar tidak menurut pemahamanku, akan tetapi menurut pemahaman yang Tuhan berikan. KeduaKesadaran sebagai bagian dari Bangsa, sebagai bagian dari bangsa hendaknya kita juga paham siapa diri kita dan dimana posisi kita. Sebagai pemimpin kita harus bisa menjadi pemimpin yang bisa mendampingi, menuntun, melindungi, mengayomi bahkan mengarahkan kepada hal hal yang seturut dengan kehendak Tuhan. Sebagai warga masyarakat hendaknya kita juga patuh kepada pimpinan dan aturan aturan yang berlaku di negeri ini, sehingga kita tidak bertentangan dengan pemerintah. Bukankah bangsa dan negara ini boleh berdiri juga karena kehendak dan rencana Tuhan, begitu juga para pemimpin juga dipilih oleh Tuhan melalui masyarakat, sehingga sudah sewajarnya kita tunduk kepada peraturan peraturan yang ada, karena peraturan dibuat semua untuk kebaikan supaya proses kehidupan bermasyarakat menjadi lebih baik. Namun yang sering terjadi kita sering  melanggar  peraturan  untuk kepentingan pribadi, bahkan tidak jarang mencari celah aturan tersebut untuk pemuas nafsu keduniawian kita.
              Ada Pepatah Jawa Suro Diro Jaya ningrat lebur dening pangastuti (Keserakahan, keangkuhan, kesombongan, arogansi, sewenang wenang akan hancur oleh kebaikan) hal ini akan terus berlaku selama dunia masih ada. Hukum sebab akibat juga masih turut menghiasi perjalanan kehidupan manusia, sehingga disinilah kita diperhadapkan akan sebuah kesadaran, yang semuanya akan membawa kepada kebaikan bersama. Maka kewaspadaan dalam membaca hidup, situasi dan kondisi hendaknya menjadi prioritas kita, sehingga tanggung jawab sebagai manusia dapat kita lakukan, maka mari kita berpedoman pada :
SD          = Sadar Diri (siapa kita)
SMP        = Sadar Mengenai Posisi (dimana kita)
SMA       = Sadar Mengenai Akibat (apa resiko yang akan kita tanggung)
Sehingga hidup kita semakin hari menjadi semakin bermakna bagi diri sendiri, keluarga, lingkungan terdekat (kampung atau dalam persekutuan), bahkan dalam bermasyarakat dan bernegara. Menjadi Umat yang terpilih adalah harapan bagi setiap manusia, dengan kesadaran yang tinggi siapa sesungguhnya kita, inilah yang menuntun kita kepada kehendak dan rencanaNya untuk apa kita diciptakan, jangan hanya menjadi isen-isene ndonya namun Jadilah Manusia yang berguna bagi diri sendiri, lingkungan bangsa dan negara terlebih lagi berguna bagi kemuliaan Tuhan dan karya Tuhan menjadi lebih nyata didalam kehidupan kita.

Jumat, 17 April 2020

Memahami Sebuah Pesan

Dalam dunia yang semakin modern ini banyak aplikasi, aplikasi pesan yang tertulis didalam HandPhone saudara, ada yang namanya Whatsapp, Mesenger FB, ada yang namanya Tweter, Instagram dan masih banyak lagi. Dari banyak aplikasi ini membuka pemahaman dan pergaulan kita semakin hari semakin luas, bahkan berita berita dari berbagai macam penjuru dunia yang dulu kita tidak tahu, namun sekarang dengan sekali tombol kita bisa mengetahui berita berita tersebut. Terkadang berita berita tersebut membuat kita bersukacita namun tidak jarang mumbuat kita menjadi takut. Ada yang berisi menyejukkan ada pula yang isinya membakar hati kita, apalagi kalau tidak senang dengan keadaan yang tidak kita harapkan dan tidak sesuai dengan hati kita, maka dengan sekali tombol kita juga akan bisa meluapkan ketidaksenangan kita, dan seterusnya.
Namun dari banyak applikasi ini ada aplikasi yang mungkin kita buka padaa saat kita butuhkan saja. Kalau applikasi yang disampaikan diatas bisa 1 hari lebih dari 3x seperti orang yang sakit dan harus minum obat sesuai dengan anjuran maka applikasi yang kami sebutkan diatas porsinya juga begitu, bahkan ketika kita membuka HP kita ini yang pertama yang kita buka. Applikasi ini yang akan kita bicarakan ini juga applikasi yang tidak kalah canggih dan hebatnya, namun tidak semua orang memperhatikannya, bahkan terkadang ada applikasi didalam HPnya namun tidak pernah dibuka, bahkan dibuka pas kalau ingat, nama Applikasi ini adalah ALKITAB. Dulu banyak orang Kristen malu riwa riwi bawa Alkitab dengan berbagai macam alasan : ribet, berat, takut dikatakan sok suci, bahkan ada yang nadanya mengejek, kayak pendeta ae, maka dalam perkembangan kemajuan tehnologi sebenarnya kita juga diuntungkan bawa Alkitab tidak berat bahkan kidung puji pujian yang kita pakai ada didalam situ dalam satu applikasi, bukankah ini sudah mengikis beberapa pemahaman pemahaman yang  dulu membuat kita “Malu” membawanya, sekarang kita bebas membawa kemana mana. Hal yang berikutnya adalah bagaimana kita membaca pesan pesan yang ada didalamnya, hal ini akan berhubungan seberapa sering kita membukanya, ada yang membuka kalau pada saat ada kegiatan ibadah ibadah, baik pada saat ibadah keluarga, syukur, atau mungkin digereja
Pada saat ini kami mengajak pembaca untuk membaca satu pesan pada salah satu Applikasi tersebut yang jarang sekali kita buka pada Yohanes 20 : 21 yang demikian Maka kata Yesus sekali lagi “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu”. Ketika kita memutuskan diri untuk mengikut Yesus ada hal hal yang perlu kita lakukan didalam hidup ini, yaitu kita adalah sebagai utusan utusan Kristus, sebagai saksi saksiNya yang hidup, apakah kita menyadari itu? Beranikah kita menjadi saksi saksi yang hidup dalam kehidupan kita? Sudahkah kita menjadi saksiNya? Dan seterusnya, banyak pertanyaan yang harus kita jawab didalam hidup ini setelah kita membaca pesan tadi. Apakah ketika Dia mengutus kita dibiarkan berjalan sendirian, tentu saja tidak seperti kepada para murid Dia juga akan memberikan Roh Kudus kepada kita supaya kita dimampukan untuk menghadapi segala tantangan dan hambatan dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang utusan. Kembali lagi pertanyaan yang kita tujukan kepada diri kita sendiri “Gelem apa Ora nglakoni” . Satu pemahaman yang perlu kita tanamkan didalam pikiran dan perasaan kita adalah ketika Tuhan mengutus siapapun untuk melaksanakan karyaNya dalam dunia tentulah sudah menyiapkan Ubo rampe yang akan dipakai dalam melakukan tugasnya itu. Jadi tidak akan pernah Dia meninggalkan dan membiarkan kita sendirian dalam melaksanakan tanggung jawab yang kita emban, kalaupun toh yang kita lalui dan kita hadapi penuh dengan rintangan dan hambatan bahkan beresiko tinggi pastilah semuanya tidak akan lepas dari skenario yang direncanakan olehNya. Yang sering terjadi dalam kehidupan kita adalah betapa lemahnya cara pengenalan kita terhadap Tuhan, kita merasa ketika kita menjadi anak anak Tuhan semuanya akan beres, semuanya akan enak, semuanya akan nyaman. Apabila pola dan cara berfikir kita demikian maka siap siaplah akan mendapatkan kekecewaan. Kita tahu bahwa  Tuhan tidak pernah menjanjikan langit selalu berwarna biru, bunga-bunga mekar tanpa layu, kesukaan tanpa air mata. Tetapi Tuhan menjanjikan kekuatan dan kemampuan hari demi hari. Percayalah...! Tuhan menyertai dan memberkati kita sekalian.  Maka selamat menjalankan tugas pelayanan sampai selesai.

Kamis, 09 April 2020

MAWAS DIRI

Hari ini adalah hari hari dimana menjelang peringatan Jum’at Agung dan tiga hari berikutnya adalah hari raya Paskah. Berbicara tentang kematian dan  kebangkitan mungkin kita juga tidak lupa juga dengan kelahiran yang biasa kita peringati dengan Natal. Inilah sebenarnya yang akan terjadi bagi setiap orang yang percaya dan bersandar kepadaNya, Tuhan Yesus sudah memberikan contoh perjalanan hidup sebagai manusia. Dalam perjalanan hidup tidaklah mulus mulus saja bahkan hambatan dan rintangan selalu ada, bahkan hal ini merupakan tantangan yang perlu dan harus dihadapi. Dia sudah memberikan teladan yang begitu luar biasa, hambatan rintangan bahkan kesengsaraan Dia hadapi dengan ketegaran, cobaan dialamiNya, siksaan Dia rasakan, penderitaan diterimaNya, kematian dihadapiNya dengan penuh kesadaran dan penyerahan. Inilah sesungguhnya sebuah perjalanan hidup setiap manusia yang mau tidak mau, suka tidak suka harus kita lalui.
Sebelum kita menatap kedepan, dan melihat masa depan kita masing masing dalam hal kehidupan maupun dalam hal keimanan, ada baiknya kita meneliti sebentar kehidupan kita yang sudah kita lewati bersama sama. Apakah ketika ada permasalahan, hambatan bahkan rintangan kita menghadapi dengan semboyan “ rawe rawe rantas, malang malang putung” artinya tidak peduli seberapa besar dan seberapa berat resiko yang akan ditanggung maka hambatan rintangan harus selalu dihadapi? Atau,  malah sebaliknya justru malah golek slamete lan golek untunge dewe? Kepedulian simpati bahkan empati sangat jauh dari hidup kita bahkan tak pernah masuk dalam kesadaran kita. Dalam kehidupan, yang dicari hanyalah keuntungan diri sendiri tidak memperdulikan orang lain, sing penting aku enak, sing penting aku kepenak. Dalam hal keimanan, dalam hal pelayanan bahkan dalam persekutuan, pemahaman pemahaman seperti ini sering membuat diri kita semakin jauh dari sang Pencipta alam semesta. Sebagai warga jemaat maunya selalu dilayani tidak mau ambil bagian dalam melayani sesama, sebagai pelayan kita justru sering merasa jabatan sebagai pelayan merupakan sebuah prestige (gengsi) yang patut dipertahankan dan dibanggakan tanpa mau berbuat yang semestinya sebagai seorang pelayan. Justru malah yang terjadi, kita sering minta dilayani dari pada melayani, menghakimi dari pada mendampingi, membiarkan dari pada merengkuh yang pada akhirnya sebutan pelayan hanyalah sebuah jabatan yang tiada arti. Sebagai pengikut Yesus yang disebut Kristus, sudah selayaknya kita mengikuti apa yang sudah diajarkan oleh SOKO GURU kita, bagaimana kita membangun sebuah relasi baik dengan manusia maupun dengan Tuhan Sang Pencipta semesta, melakukan tugas dan tanggung jawab kita terhadap apa yang kita lakukan dan yang sudah dilimpahkan kepada kita, baik secara pribadi maupun dalam persekutuan bahkan sebagai bagian dari bangsa ini. Apakah yang sudah kita lakukan sampai saat ini sudah menyukakan hati Tuhan atau malah sebaliknya  mendukakan hatiNya. Kita sudah ditebus oleh darahNya yang kudus (melalui peristiwa penyaliban), maka hiduplah sebagai manusia yang sudah ditebus karena kita sudah mengambil pilihan mengikut Dia, maka apapun resikonya kita harus siap, sebagai orang yang sudah diselamatkan hendaknya hidup sebagai orang yang telah selamat, karena keselamatan yang sesungguhnya terjadi dua arah, bukan searah, “Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu : Tuhan, Tuhan! Akan masuk kedalam kerajaan sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga”(Mat 7:22). Sebagai orang yang beriman kadang kita tidak menyadari semuanya ini, bahkan ada beberapa orang yang beranggapan bahwa ke gereja satu bulan cukup satu kali, melakukan kegiatan pelayanan hanyalah pekerjaan sampingan, karena gereja tidak memberikan keuntungan, maka akibatnya ketika melakukan sesuatu untuk gereja untuk persekutuan yang terlintas dalam benaknya adalah aku engko oleh pira, aku engko oleh apa sehingga berkat yang selalu dilimpahkan dan dinikmati setiap hari dianggapnya hanyalah sebuah rutinitas tidak dianggap sebagai berkat juga sebagai mujizat, dan seterusnya dan sebagainya.
Maka dengan menghayati perjalanan hidup yang sudah dialami oleh Tuhan Yesus, kita sudah paham betapa tidak mudahnya perjalanan hidup setiap manusia. Oleh karenanya ketika kita menyadari hal yang demikian sudah harus menata diri supaya ketika tugas dan tanggung jawab di dunia selesai maka mahkota kehidupan pasti kita peroleh, maka setiap orang akan bisa mengatakan “Aku telah mengakiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan hakim yang adil pada hariNya. Tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatanganNya” (2 Timotius 4 : 7 - 8). Hidup adalah sebuah kesempatan untuk berbuat yang berguna bagi sesama terlebih kepada Tuhan. Oleh sebab itu marilah kita manfaatkan sebaik baiknya selama masih ada kesempatan itu. Sebagaimana dalam lagu yang seringkali kita dengarkan demikian:
Hidup ini adalah kesempatan
Hidup ini untuk melayani Tuhan
Jangan sia-sia kan waktu yang Tuhan b'ri
Hidup ini harus jadi berkat
Oh Tuhan pakailah hidupku
Selagi aku masih kuat
Bila saatnya nanti
Ku tak berdaya lagi
Hidup ini sudah jadi berkat
Kiranya kita semua dimampukan bukan hanya untuk menyanyikan lagu tersebut. Akan tetapi mewujudkan syair lagu tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam kehidupan berkeluarga, bergereja, bermasyarakat serta berbangsa dan bernegara. Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin.

Minggu, 22 Maret 2020

Refleksi diri

        Hari-hari ini kita disibukkan dan dihadapkan dengan situasi yang memaksa kita untuk waspada. Melalui sikap waspada inilah kita berharap dapat melalui masalah yang sedang kita hadapi bersama dengan sukacita, berani dan kerjasama semua pihak. Dalam kehidupan bergereja, saat ini kita juga memasuki masa Pra Paskah untuk mengingat, mengenang, menghayati karya agung Tuhan Yesus Kristus bagi umat manusia. Masa Pra Paskah juga sebagai sarana untuk intropeksi diri. Salah satu caranya adalah dengan berpuasa. Bukan hanya berpuasa sekedar lips service saja, namun janji itu perlu direalisasikan dengan ketaatan serta kesungguhan sehingga memang harus dilaksanakan dalam kehidupan kita sehari-hari. Dalam hal berpuasa, terkadang kita hanya sekedar berkata "saya berpuasa" (berpuasa dalam artian menahan kebiasaan kebiasaan yang bersifat menuruti keinginan daging dan demi kepuasan diri sendiri) akan tetapi dalam prakteknya sama saja dengan kebiasaan sehari hari. Dengan sebuah keadaan atau situasi yang tidak nyaman, Tuhan mengajarkan kita supaya antara pikiran dan kenyataan itu harus sama atau sesuai. Oleh karena itu dalam menghayati masa Pra Paskah ini, mari kita menoleh kebelakang seperti pujian PKJ 244 (Sejenak aku menoleh) atau KPJ 395 (Sawatara aku noleh) untuk melihat perjalanan hidup yang sudah kita lalui. Begitu banyak kasih Tuhan yang sudah kita peroleh yang sering membuat kita tercengang atau tertegun. Jalan yang sudah kita lalui penuh liku dan kadang tanpa terang, namun Tuhan selalu membimbing kita dengan kasihnya sehingga hati kita menjadi tenang. Hal yang demikian bisa kita dapati dan kita terima ketika hidup dan mati kita disandarkan hanya kepadaNya.
         Dalam Minggu Pra Paskah ini kita juga dibimbing oleh Firman Tuhan, sesuai dengan leksionari, rasanya bukan sebuah kebetulan, akan tetapi semua adalah rencana Tuhan yang indah. Pada awal bulan setelah Rabu abu kita dipertemukan dengan firman yang mengkisahkan bagaimana Tuhan yesus dicobai oleh Iblis serta bagaimana Dia menghadapi dan melawannya dengan jawaban Ada tertulis "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah" (ini tentang makanan untuk hidup/kehidupan) yang ke dua "Janganlah mencobai Tuhan Allahmu"(berkenaan dengan hal kekuasaan/kemashuran/keternaran), yang ketiga "Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti" ( ini berhubungan dengan hal keduniawian). Ternyata dari melawan godaan yang dalam hal ini diberi label Cobaan, kita sudah diajari oleh Tuhan Yesus bagaimana mengantisipasinya, kemudian pada minggu berikutnya kita juga diingatkan bagaimana menjalani hidup yang sesungguhnya seperti sudah dicontohkan Nekodemus, bagaimana memaknai hidup yang benar ternyata salah satunya adalah selalu belajar dan selalu memperbaiki diri dan kehidupannya apapun posisinya, kedudukannya, keadaannya, kekayaannya, sehingga hidup akan semakin berkenan dihadapan Tuhan. Pada Minggu berikutnya Tuhan kembali memberikan contoh bagaimana memperbaiki hubungan dengan sesama terlebih kepada Tuhan, bagaimana menyampaikan kabar sukacita kepada orang lain dan bukan dinikmati sendiri yang pada akhirnya malah tidak paham dengan apa yang diharapkan oleh Tuhan Sang Khalik Alam semesta. Banyak orang yang sombong rohani sehingga hidupnya merasa lebih baik, lebih diberkati Tuhan, lebih suci dan sebagainya, sehingga menganggap yang lain tidak selevel dan patut direndahkan, apabila demikian, apakah artinya Tuhan didalam hidup kita, bukankah Dia itu baik untuk semua orang lalu bagaimanakah dengan kita? Dan siapakah kita? Ternyata pada hari ini kita ditunjukan oleh firman Tuhan yang terdapat pada Yohanes 9 : 1 -41 bagaimana kita mencari hal hal yang sudah biasa kita lakukan dalam kehidupan sehari hari, yaitu mencari cari kesalahan orang dan akibat akibatnya, bahkan ketika seseorang mengalami penderitaan atau kemalangan malah yang terjadi kita menghubung hubungkan dengan apa yang sudah dilakukan, bahkan tidak jarang pula malah dihubung hubungkan dengan perilaku keluarganya. Begitu juga yang terjadi waktu itu, para murid murid menanyakan sebuah keadaan yang diyakini sebagai akibat kesalahan dan dosa, yaitu orang buta sejak lahir. Ternyata para murid itupun juga tidak paham akan kehadiran Tuhan Yesus kedalam dunia ini, sehingga pola pikir yang sudah turun temurun itu masih melekat dalam dirinya, bukan bagaimana mencari solusi untuk orang itu, maka Jawaban Tuhan Yesus :"bukan dia dan juga bukan orang tuanya, tetapi karena pekerjaan pekerjaan Allah harus dinyatakan didalam dia". Ketika kita menyatakan diri sebagai pengikut Kristus, maka sudah seharusnya kita juga merubah pola pikir kita seperti yang sudah dicontohkan oleh Tuhan kepada kita. Sudah waktunya kita percaya dengan sepenuh hati dan sungguh sungguh. Jangan percaya kepada Tuhan pada saat keadaan yang sudah mendesak atau menghimpit hidup kita. Namun BERIMANLAH kepada Dia dengan benar dalam segala masa maka kita layak menjadi anak anak terang. Pada akhirnya kita harus yakin padaNya karena Dia adalah Sang Penguasa alam beserta isinya. Apalagi dengan yang terjadi saat ini, dengan menyebarnya Covid-19 yang kita hadapi. Kita harus yakin betul bahwa Dia akan selalu menyertai kita yang selalu percaya akan jamahan dan mujizatNya. Jangankan sampar (wabah/covid19)/ sakit penyakit yang membuat kita saat ini berada pada rasa takut, cemas, bimbang dan kuatir, bahkan mautpun bisa dikalahkan. Hal ini seperti yang akan kita renungkan Minggu depan seperti yang dialami oleh Lazarus. Dengan kuasaNya Dia dapat melakukan sesuai dengan apa yang diinginkanNya.
          Pada akhirnya marilah kita introspeksi diri, sudahkah kita ini menjadi milikNya yang mengenalNya dengan benar, atau sekedar dari pada tidak beriman atau beragama sehingga yang kita alami dan kita lakukan selama ini adalah sebuah rutinitas belaka kalau demikian tak ubahnya dengan isen-isene donya urip mung kanggo jangkep jangkepan, hidup sia-sia. Dia sudah mengajarkan bagaimana menghadapi cobaan.  Belajar mengenali diri sendiri dalam menjalani hidup, membangun sebuah relasi baik kepada sesama terlebih kepada Tuhan dengan jalan tidak mencari kesalahan dan menghakimi akan tetapi mencari solusi, maka pada akhirnya kita dapat merasakan kuasa Tuhan didalam memahami hidup dan kehidupan kita. Dengan keadaan yang kita hadapi saat ini mari kita berfikir jernih dan mencari solusi bersama sama, tidak saling menghakimi, tidak saling menghujat, karena keadaan ini tidak akan selesai dan terselesaikan dengan cara seperti itu, bahu membahu dengan pihak terkait, mematuhi anjuran baik dari pemerintah, gereja dan lingkungan adalah solusi terbaik, berdoa dan berserah agar Tuhan segera turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi semua orang. Rasul Paulus juga mengingatkan kepada kita semua bahwa” Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya (1 Korintus 10:13).