Minggu, 22 Maret 2020

Refleksi diri

        Hari-hari ini kita disibukkan dan dihadapkan dengan situasi yang memaksa kita untuk waspada. Melalui sikap waspada inilah kita berharap dapat melalui masalah yang sedang kita hadapi bersama dengan sukacita, berani dan kerjasama semua pihak. Dalam kehidupan bergereja, saat ini kita juga memasuki masa Pra Paskah untuk mengingat, mengenang, menghayati karya agung Tuhan Yesus Kristus bagi umat manusia. Masa Pra Paskah juga sebagai sarana untuk intropeksi diri. Salah satu caranya adalah dengan berpuasa. Bukan hanya berpuasa sekedar lips service saja, namun janji itu perlu direalisasikan dengan ketaatan serta kesungguhan sehingga memang harus dilaksanakan dalam kehidupan kita sehari-hari. Dalam hal berpuasa, terkadang kita hanya sekedar berkata "saya berpuasa" (berpuasa dalam artian menahan kebiasaan kebiasaan yang bersifat menuruti keinginan daging dan demi kepuasan diri sendiri) akan tetapi dalam prakteknya sama saja dengan kebiasaan sehari hari. Dengan sebuah keadaan atau situasi yang tidak nyaman, Tuhan mengajarkan kita supaya antara pikiran dan kenyataan itu harus sama atau sesuai. Oleh karena itu dalam menghayati masa Pra Paskah ini, mari kita menoleh kebelakang seperti pujian PKJ 244 (Sejenak aku menoleh) atau KPJ 395 (Sawatara aku noleh) untuk melihat perjalanan hidup yang sudah kita lalui. Begitu banyak kasih Tuhan yang sudah kita peroleh yang sering membuat kita tercengang atau tertegun. Jalan yang sudah kita lalui penuh liku dan kadang tanpa terang, namun Tuhan selalu membimbing kita dengan kasihnya sehingga hati kita menjadi tenang. Hal yang demikian bisa kita dapati dan kita terima ketika hidup dan mati kita disandarkan hanya kepadaNya.
         Dalam Minggu Pra Paskah ini kita juga dibimbing oleh Firman Tuhan, sesuai dengan leksionari, rasanya bukan sebuah kebetulan, akan tetapi semua adalah rencana Tuhan yang indah. Pada awal bulan setelah Rabu abu kita dipertemukan dengan firman yang mengkisahkan bagaimana Tuhan yesus dicobai oleh Iblis serta bagaimana Dia menghadapi dan melawannya dengan jawaban Ada tertulis "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah" (ini tentang makanan untuk hidup/kehidupan) yang ke dua "Janganlah mencobai Tuhan Allahmu"(berkenaan dengan hal kekuasaan/kemashuran/keternaran), yang ketiga "Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti" ( ini berhubungan dengan hal keduniawian). Ternyata dari melawan godaan yang dalam hal ini diberi label Cobaan, kita sudah diajari oleh Tuhan Yesus bagaimana mengantisipasinya, kemudian pada minggu berikutnya kita juga diingatkan bagaimana menjalani hidup yang sesungguhnya seperti sudah dicontohkan Nekodemus, bagaimana memaknai hidup yang benar ternyata salah satunya adalah selalu belajar dan selalu memperbaiki diri dan kehidupannya apapun posisinya, kedudukannya, keadaannya, kekayaannya, sehingga hidup akan semakin berkenan dihadapan Tuhan. Pada Minggu berikutnya Tuhan kembali memberikan contoh bagaimana memperbaiki hubungan dengan sesama terlebih kepada Tuhan, bagaimana menyampaikan kabar sukacita kepada orang lain dan bukan dinikmati sendiri yang pada akhirnya malah tidak paham dengan apa yang diharapkan oleh Tuhan Sang Khalik Alam semesta. Banyak orang yang sombong rohani sehingga hidupnya merasa lebih baik, lebih diberkati Tuhan, lebih suci dan sebagainya, sehingga menganggap yang lain tidak selevel dan patut direndahkan, apabila demikian, apakah artinya Tuhan didalam hidup kita, bukankah Dia itu baik untuk semua orang lalu bagaimanakah dengan kita? Dan siapakah kita? Ternyata pada hari ini kita ditunjukan oleh firman Tuhan yang terdapat pada Yohanes 9 : 1 -41 bagaimana kita mencari hal hal yang sudah biasa kita lakukan dalam kehidupan sehari hari, yaitu mencari cari kesalahan orang dan akibat akibatnya, bahkan ketika seseorang mengalami penderitaan atau kemalangan malah yang terjadi kita menghubung hubungkan dengan apa yang sudah dilakukan, bahkan tidak jarang pula malah dihubung hubungkan dengan perilaku keluarganya. Begitu juga yang terjadi waktu itu, para murid murid menanyakan sebuah keadaan yang diyakini sebagai akibat kesalahan dan dosa, yaitu orang buta sejak lahir. Ternyata para murid itupun juga tidak paham akan kehadiran Tuhan Yesus kedalam dunia ini, sehingga pola pikir yang sudah turun temurun itu masih melekat dalam dirinya, bukan bagaimana mencari solusi untuk orang itu, maka Jawaban Tuhan Yesus :"bukan dia dan juga bukan orang tuanya, tetapi karena pekerjaan pekerjaan Allah harus dinyatakan didalam dia". Ketika kita menyatakan diri sebagai pengikut Kristus, maka sudah seharusnya kita juga merubah pola pikir kita seperti yang sudah dicontohkan oleh Tuhan kepada kita. Sudah waktunya kita percaya dengan sepenuh hati dan sungguh sungguh. Jangan percaya kepada Tuhan pada saat keadaan yang sudah mendesak atau menghimpit hidup kita. Namun BERIMANLAH kepada Dia dengan benar dalam segala masa maka kita layak menjadi anak anak terang. Pada akhirnya kita harus yakin padaNya karena Dia adalah Sang Penguasa alam beserta isinya. Apalagi dengan yang terjadi saat ini, dengan menyebarnya Covid-19 yang kita hadapi. Kita harus yakin betul bahwa Dia akan selalu menyertai kita yang selalu percaya akan jamahan dan mujizatNya. Jangankan sampar (wabah/covid19)/ sakit penyakit yang membuat kita saat ini berada pada rasa takut, cemas, bimbang dan kuatir, bahkan mautpun bisa dikalahkan. Hal ini seperti yang akan kita renungkan Minggu depan seperti yang dialami oleh Lazarus. Dengan kuasaNya Dia dapat melakukan sesuai dengan apa yang diinginkanNya.
          Pada akhirnya marilah kita introspeksi diri, sudahkah kita ini menjadi milikNya yang mengenalNya dengan benar, atau sekedar dari pada tidak beriman atau beragama sehingga yang kita alami dan kita lakukan selama ini adalah sebuah rutinitas belaka kalau demikian tak ubahnya dengan isen-isene donya urip mung kanggo jangkep jangkepan, hidup sia-sia. Dia sudah mengajarkan bagaimana menghadapi cobaan.  Belajar mengenali diri sendiri dalam menjalani hidup, membangun sebuah relasi baik kepada sesama terlebih kepada Tuhan dengan jalan tidak mencari kesalahan dan menghakimi akan tetapi mencari solusi, maka pada akhirnya kita dapat merasakan kuasa Tuhan didalam memahami hidup dan kehidupan kita. Dengan keadaan yang kita hadapi saat ini mari kita berfikir jernih dan mencari solusi bersama sama, tidak saling menghakimi, tidak saling menghujat, karena keadaan ini tidak akan selesai dan terselesaikan dengan cara seperti itu, bahu membahu dengan pihak terkait, mematuhi anjuran baik dari pemerintah, gereja dan lingkungan adalah solusi terbaik, berdoa dan berserah agar Tuhan segera turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi semua orang. Rasul Paulus juga mengingatkan kepada kita semua bahwa” Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya (1 Korintus 10:13).