Rabu, 27 Maret 2019

Mengasihi Tidak Mengenal Batas

Lukas 6 : 27 - 38

          Sabar, sabar terdiri dari 5 suku kata akan tetapi mempunyai arti yang sangat luar biasa kalau kita bisa menjalaninya. Kadang ada orang namanya Sabar akan tetapi dia mudah marah. Padahal kalau kita mau memperhatikan kesabaran ini adalah ajaran dasar dari Tuhan Yesus untuk orang orang yang percaya kepadaNya. Dalam setiap kehidupan kita sering diperhadapkan kepada masalah masalah yang mengundang kita untuk berlaku tidak sabar, bahkan malah membawa kita kepada kemarahan yang tak terhingga. Maka berikutnya ketika kita sudah bisa bersabar yang terjadi dalam perjalanan hidup kita dianjurkan bahkan diajarkan untuk mengasihi. Tuhan Yesus mengajak kepada murid muridNya menjalankan hukum kasih. Kasih yang murah hati, bukan kasih karena kwajiban. Kasih yang murah hati itu akan selalu memberi yang lebih dari pada apa yang seharusnya. Sering kita mengasihi hanya kepada orang yang mengasihi kita, apa bedanya dengan orang orang yang tidak mengenal Kristus, maka yang Yesus inginkan adalah kasihilah musuhmu dan berdoalah untuk mereka yang menganiaya kamu dan membenci kamu. Bahkan di ayat yang lain malah kita diminta untuk memintakan berkat kepada Tuhan bagi mereka yang mengutuk kamu dan berdoa bagi mereka yang telah mencaci maki kamu.
         Sungguh luar biasa ajaran yang tidak pernah ada di dunia ini yang seperti itu, bahkan bukan hanya ajarannya saja yang sulit untuk didapatkan bahkan melalukan juga tidaklah mudah, namun bagi kita si pewaris kerajaan Allah hendaknya itu yang harus kita lakukan, tidak mudah memang namun itu adalah tantangan yang harus kita hadapi bukan kita hindari, inilah salah satu bentuk penyangkalan diri ketika kita memilih Yesus sebagai Tuhan dan Juru salamat. Pilihan ada di tangan kita, Tuhan selalu memberikan kita pilihan walaupun Dia sudah menyediakan yang terbaik bagi kita, akan tetapi yang sering kita ambil, keputusan yang salah karena kita berfikir hal hal yang selalu menguntungkan bagi kita, bukan kehendakMu jadilah tapi kehendakku yang harus terjadi, maka yang kita temui sering salah jalan. Hal kesabaran memang tiada batasnya, sampai sampai Tuhan Yesus mengajarkan barang siapa menampar pipi kirimu maka berikanlah pipimu yang lain, barang siapa mengambil jubahmu biarkan juga ia mengambil bajumu, sanggupkah kita melakukan itu dalam kehidupan kita, atau justru sebaliknya, "kalau yang enak enak mengikut Tuhan itu aku mau, tapi kalau yang susah susah dan tidak menguntungkan bagiku ya maaf" inikah yang kita ambil resikonya? kalau demikian pantaskah kita menerima anugerah yang sudah kita rasakan dan kita nikmati hingga saat ini? Karena bukan setiap orang yang berseru kepadaKu "Tuhan Tuhan" akan masuk kedalam kerajaan sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. (Mat 7:21). Sedangkan yang terjadi dalam kehidupan, kita memilih yang menguntungkan saja, yang nyaman saja, giliran yang susah, penuh resiko, kita tidak mau, maka apa jadinya hidup kita kalau demikian. Tuhan mengasihi kita dengan kasih Agape (kasih yang tidak menuntut balas), hendaknya demikian juga kita sebagai umatNya namun tidaklah demikian bagi kita, jangankan mengasihi sesama tanpa pamrih, sedangkan mengasihi Tuhan saja pasti ada embel embelnya, sering terjadi kita melakukan sesuatu bagi Tuhan (katanya) dengan tujuan menyuap Tuhan agar supaya ketika kita minta selalu diberi(pamrih). Maka kalau demikian mari jauhkan pikiran itu dari benak kita karena yang akan terjadi kita akan merasakan kekecewaan yang luar biasa dan menganggap Dia tidak memperhatikanmu, dan kalau itu terjadi maka kita akan semakin jauh dari Tuhan.
       Kesabaran adalah alat untuk melakukan kasih dalam hidup kita, Memahami kehendak Tuhan dengan penuh kesadaran akan membimbing kita menjadi manusia yang berguna, menjadi pohon yang akan menghasikan buah buah dalam kehidupan. Kemurahan hati yang kita miliki dapat menjadikan kita berjalan seturut dengan kehendak Tuhan, maka dengan bekal yang sudah Tuhan berikan kepada kita kiranya dapat kita gunakan untuk memuliakan Nama-Nya.

Sabtu, 23 Maret 2019

Pertobatan Yang Berkenan

Kisah Para Rasul 8 : 14 - 24

Dalam kehidupan Iman, Rasul Lukas ingin menunjukkan kepada Teofilus bagaimana seharusnya seorang bertobat sehingga pertobatannya berkenan kepada Tuhan. Ada tiga hal yang perlu dilakukan agar pertobatannya menjadi sempurna

i. Percaya kepada Yesus dan dibabtiskan
   Dalam dunia ini firman Tuhan mengatakan "tidak ada yang benar seorangpun tidak"(Rom 3:10)
   Ketika seseorang menginginkan dirinya selamat maka yang harus dilakukan adalah bertobat (metanoia : perubahan pikiran disertai dengan penyesalan dan perubahan perilakui). Ketika seseorang menyadari bawha dirinya orang berdosa, seharusnya ia menyesali akan keberadaannya itu, serta berupaya untuk menanggalkan dosanya. Cara satu satunya penanggalan dosa hanya melalui Yesus Kristus (Kol 2:11). sebagai wujud nyata pertobatan seseorang maka mereka menyerahkan dirinya untuk dibabtiskan (Kis 19:4)

ii. Melepaskan Beban yang merintangi
Setiap orang yang percaya dan menerima Yesus Kristus/ Isa Almasih maka mereka disebut Kristen (mula mula disebut dalam Perjanjian Baru kepada umat Antiokia (Kis 11:26). Kristen yang memiliki arti pengikut Kristus, berusaha menjadi seperti Kristus. Bertobat kata lainnya adalah meninggalkan kehidupan masa lampau.
Simon disini merupakan contoh pertobatan yang buruk, dimana ia menyatakan dirinya percaya kepada Yesus, dan memberi dirinya dibabtis. Namun ternyata pertobatannya, tidaklah sungguh sungguh karena ia belum melepaskan cara dan pola pikir, serta perilaku lamanya. Hal itu dapat dilihat ketikaia sudah percaya tetapi ia tetap berlagak seolah olah ia menjadi seorang yang penting seperti belum percaya, dengan terus dekat dengan Pilipus, ia berfikir bahwa semua keajaiban yang dilakukan oleg para rasul berasal dari suatu mantera hebat sehingga ia ingin memperoleh mantera itu dengan membeli kepada Rasul Petrus dan Yohanes. Simon belum berkenan dihadapan Tuhan karena ia belum sepenuhnya melepaskan kedagingannya, dia belum mengalami perubahan pikiran, dan perilaku. Dia baru menyatakan penyesalan ketika mendapat teguran keras dari para Rasul.

iii. Mentaati Dia
Disisi lain Lukas, menyatakan kepada Teofilus, mengenai contoh pertobatan yang berkenan. Seorang sida sida dari Etiopia, mengabaikan posisinya sebagai Sida sida ia siap beresikountuk kehilangan posisinya dengan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruslamat. Berikutnya adalah Saulus, yang kita kenal sebagi Paulus setelah pertobatannya.  Ia berbalik 180 derajat  dari kehidupannya yang sebelumnya mengejar ngejar orang percaya untuk dianiaya, dipenjarakan bahkan dibunuh. Namun setelah adanya pengalaman perjumpaan pribadi dengan Kristus Yesus dalam perjalanan ke Damsyik. Saulus tidak lagi mengejar dan menganiaya orang Kristen, tetapi ia berbalik menjadi penginjil yang mengajak orang bertobat dan percaya serta menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat. Ia bertindak sebagai pengajar yang mengajarkan firman Allah dan bagaimana seharusnya orang Kristen hidup sesuai kehendak Allah, serta memuridkan mereka. Paulus dan Sida sida dari Etiopia merupakan seorang murid sejati yang mau menyangkal dirinya, serta mau mengikut Yesus dan memikul salib. Dan mereka mau hidup sungguh sungguh taat dalam melakukan kebenaran dan firman Tuhan, terbukti mereka melakukan memberitakan kasih Yesus serta melakukan pemuridan (Mat 7: 21)

Saudara saudara yang terkasih didalam Tuhan, bagaimana dengan hidup kita dengan saudara saudara, apakah saudara sudah sungguh sungguh bertobat dengan meninggalkan tata cara dan pola pikir serta perilaku sebelum percaya, ataukah seperti lagunya Dian Pisesa (Aku Masih Seperti Yang Dulu) atau bahkan tobat cabe, yang mengatakan tobat karena pedasnya tetapi pada akhirnya kembali mengkonsumsi cabe itu sebagaimana Simon. Kalau masih seperti itu maka bertobatlah dengan sungguh sungguh dan tunjukkan melalui perubahan perilaku kita sehingga nama Tuhan di permuliakan.