Sabtu, 28 September 2019

Dua Macam Dasar

Lukas  6 : 46 - 49

Kita akan melanjutkan pendalaman Firman Allah tentang dasar atau landasan. Pokok ini sangatlah penting bagi kita sebagai jemaat Tuhan. 

       Mengapa kamu berseru kepadaKu, Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa apa yang Aku katakan? Setiap orang yang datang kepadaKu dan mendengarkan perkataanKu serta melakukannya Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah. orang itu menggali dalam dalam dan meletakkan dasarnya diatas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat di goyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun. Akan tetapi barang siapa mendengar perkataanKu, tetapi tidak melakukannya ia sama dengan seorang yang mendirikan rumahdiatas tanah tanpa dasar. Ketika  banjir melandanya, rumah itu segera roboh dan hebatlah kerusakannya.

a. Mendalami Firman Secara Mendalam
          Ada dua orang  yang sedang membangun rumah masing masing di sebidang lahan yang terdiri dari campuran pasir dan lempung. Dilahan yang berupa campuran pasir dan lempung ini, terdapat lapisan batu yang terletak agak jauh di bawah. Dia harus menggali dalam dalam sebelum bisa mencapai lapisan batu dibawah. Dia terus menggali dan tidak henti hentinya menggali sampai suatu hari ketika sekopnya menghantam lapisan yang keras dan dia tahu bahwa dia telah sampai dilapisan batu itu. Apa artinya "Menggali dalam dalam?" Sebuah prinsip rohani yang sangat penting muncul di perikup ini. Apakah maksud dari menggali dalam dalam ini? Hal apa yang sebenarnya dilakukan oleh si orang pertama itu? Jika anda tidak tahu apa yang sedang dia kerjakan, maka anda seperti orang kedua yang membangun rumah instannya. Tahukah anda apa yang sedang dikerjakan oleh kedua orang itu? Prinsip apa yang terungkap dari perumpamaan ini? Yesus sedang berkata bahwa arti kata "Menggali dalam dalam" itu adalah mengerjakan semua firman Allah yang telah Yesus sampaikan. Ini adalah prinsip pelaksanaan perintah Allah. di Lukas 11:28, Yesus berkata : "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya." Prinsip ini menegaskan bahwa hanya dengan cara inilah saudara bisa mengenal Tuhan, menjalin hubungan denganNya.

b. Menjalin Hubungan Dengan Tuhan Dengan Melakukan KehendakNya
            Penjelasan tentang pentingnya prinsip ini. Pokok persoalannya tidak sesederhana perumpamaannya. Mengapa Tuhan begitu nyata bagi sebagian orang tetapi terasa begitu asing bagi sebagian lainnya? Di Ibrani 11 : 27 Musa digambarkan sebagai orang yang "bertahan sama seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan." Musa bisa melihat yang tidak kelihatan. Menggali dalam dalam itu berarti menghabiskan banyak waktu, uang dan tenaga. Sangat besar pengorbanannya. Di titik inilah kebanyakan orang Kristen gagal. Kedua orang didalam perumpamaan ini sama sama ingin membangun rumah, membangun kehidupan mereka diatas landasan tersebut, tetapi yang satu bersedia menggali dalam dalam, sedangkan yang satunya lagi tidak. Keduanya sama sama bersedia mendengarkan Firman Tuhan, sama seperti kita semua, maka yang harus kita jawab dalam kehidupan kita adalah seperti yang mana? yang menggali dalam dalamkah atau yang mendasarkan hanya yang instan saja, selamat merenungkan.

Kamis, 19 September 2019

Hidup Dalam Kesetiaan Yang Sejati

Hidup Dalam Kesetiaan Yang Sejati 

 Amsal 17:1-28


             Kata “kesetiaan” berasal dari kata dasar “setia” yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai: “berpegang teguh (pada janji, pendirian, dan sebagainya); patuh; taat; tetap dan teguh hati (dalam persahabatan dan seterusnya); berpegang teguh (dalam pendirian, janji dan sebagainya). Jadi, kesetiaan adalah suatu sikap mental dan karakter atau sifat yang teguh berpegang; taat dan patuh kepada janji yang telah diikrarkan bersama. Hidup dalam kesetiaan yang sejati merupakan sikap mental positif yang harus ditumbuhkembangkan oleh setiap orang yang percaya dan sebagai pengikut Kristus. Kita harus setia dalam segala sesuatu. Misalnya setia melayani Tuhan dan jemaat-Nya, setia kepada pasangan hidup kita, setia kepada sahabat kita dan lain sebagainya.
         Hachi adalah seekor anjing yang dipelihara Profesor Hidesaburo Ueno yang mengajar ilmu pertanian di Universitas Kekaisaran Tokyo. Setiap hari, ketika Profesor Ueno berangkat bekerja, Hachi selalu mengantar kepergiannya. Di petang hari, Hachi pun kembali datang ke stasiun untuk menjemput.Tanggal 21 Mei 1925, seusai mengikuti rapat di kampus, Profesor Ueno mendadak meninggal dunia. Hachi yang tidak mengetahui hal tersebut terus menunggu majikannya yang tak kunjung pulang. Setiap hari, sekitar jam-jam kepulangan Profesor Ueno, Hachi selalu setia menunggu kepulangannya di Stasiun Shibuya. Hal ini terus dilakukannya selama kurang lebih 10 tahun. Kisah Hachi mulai diketahui banyak orang sejak dimuat di surat kabar. Bukan hanya itu saja, karena kesetiaanya itu, warga mendirikan patung Hachiko di stasiun Shibuya. Hachiko telah mengajarkan tentang cinta dan kesetiaan tulus yang selalu ingin bersama dengan majikannya. Oleh karena itu, Hachiko pun dikenal sebagai “anjing setia”.
           Setia adalah salah satu hal yang diperlukan dalam suatu hubungan, entah itu hubungan suami istri, pertemanan, pekerjaan, ataupun gereja. Setia tidak hanya kita lakukan pada saat orang lain atau pasangan kita setia dengan kita. Namun kesetiaan hendaknya selalu kita tunjukkan dalam keadaan apa pun. Dalam hal ini, Tuhan Yesus telah menjadi teladan kita. Dia menunjukkan kesetiaan-Nya yang sejati dengan selalu ada bersama kita dan menantikan kita, walaupun terkadang kita sibuk dengan keseharian kita. Dia selalu mengasihi kita, meski kadang kita menduakannya dengan kesenangan kita. Jika kita ingin kebangkitan iman terjadi dalam hidup kita, hasilkanlah buah-buah roh dalam hidup kita. Salah satunya adalah kesetiaan yang sejati, sebuah komitmen untuk selalu bersama dengan pasangan kita, gereja kita, pekerjaan kita, dan teman kita. Selalu tunjukkanlah kesetiaan sejati dari hati yang tulus mengasihi. Saudaraku yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, KESETIAAN YANG SEJATI adalah KOMITMEN untuk terus bersama yang berasal dari HATI YANG TULUS MENGASIHI. Kesetiaan merupakan salah satu sifat yang dimiliki oleh Allah, dan kepada kita dituntut untuk setia. Maka beberapa pertanyaan ini harus kita jawab yaitu :

1. Sudahkah saudara memiliki kesetiaan yang sejati? Jika jawabnya (Belum) maka apa yang                    menghalangi saudara untuk memiliki kesetiaan yang sejati?
2. Menurut saudara apakah kesetiaan yang sejati itu?
3. Komitmen apa yang Anda buat terhadap pasangan, gereja, pekerjaan, dan teman Anda? 

Maka dari pertanyaan pertenyaan tersebut, saudara dapat mengukur sudah sejauh mana yang kita lakukan dalam hidup kita?  Benarkah kita sudah setia dalam segala hal? selamat merenungkan, Tuhan memberkati kita yang selalu setia kepada-Nya.