Sabtu, 05 Oktober 2019

Iman Yang Hidup Di Tengah Tantangan

 Lukas 17:5-10

        Manusia dalam kehidupanya ketika menghadapi tantangan, minimal untuk bisa bertahan menghadapi tantanganya maka dibutuhkan pertahanan yang dayanya sama besar dengan tantangan itu. Jika ingin mengalahkannya maka harus memiliki daya atau tenaga yang lebih besar dari tantangan yang dihadapi. Permohonan para rasul kepada Tuhan Yesus agar ditambah iman mereka cukup beralasan, bila kita memperhatikan  dalam perikop ini. Ada dua hal besar yang melatar belakangi permohonan itu. Yaag pertama realita bila penyesatan pasti akan selalu ada. Dengan demikian siapapun bisa menjadi penyesat atau menjadi orang yang disesatkan. Yang kedua tugas untuk memberikan pengampunan dengan tanpa batas. Menjalani hidup dengan kenyataan akan selalu terjadi penyesatan dan juga mengemban mandat untuk tidak jemu mengampuni, bagi para rasul bukan perkara mudah Sehingga dibutuhkan modal iman yang lebih. Namun apa jawab Tuhan Yesus terhadap permohonan dan pengharapan dari para rasul. Ketika para rasul ingin memiliki iman yang lebih besar supaya bisa menghadapi bahkan mengalahkan tantangan yang besar yaitu penyesatan dan juga memberikan pengampunan. Pengharapan untuk ditambah imannya supaya bisa memiliki iman yang besar, ternyata oleh Tuhan Yesus dijawab dengan mengatakan iman sebesar biji sesawi. Dari permohonan para rasul dan jawaban Tuhan Yesus ini menunjukkan, kalau para rasul beranggapan untuk menghadapi tantangan harus dengan kuantitas iman tetapi Tuhan Yesus justru menekankan kualitas iman. Dan kualitas iman itu terlihat dari cara kerjanya. Biji sesawi adalah jenis biji-bijian yang tergolong jenis biji yang kecil, tetapi mana kala biji sesawi sudah tumbuh menjadi pohon sangat berguna bagi kehidupan yang lain.
            Daya kerja dari iman yang berkualitas dari kelanjutan penjelasan Tuhan Yesus memuat dua hal. yang pertama iman yang berkualitas mampu mengerjakan hal yang secara nalar manusia acap kali dipandang tidak mungkin, atau hal yang tidak terduga sama sekali. Yang berikutnya iman yang berkualitas akan menghantarkan seseorang pada kesadaran bila dirinya adalah pelayanan bagi Tuhan melalui kehidupan sesama, dan pelayanannya tidak pernah disertai motifasi untuk beroleh imbalan.
Tantangan jaman tidak bisa dielakkan, jaman yang selalu berubah membawa pengaruhnya sendiri. Dan pengaruh perubahan bisa membuat kita terseret dalam kesesatan di dalamnya. Kalau dulu mempercakapkan kehidupan orang lain dianggap tabu, sekarang kehidupan pribadi seseorang seakan sudahjamak untuk dibeber- beberkan, contoh infotemen. Dengan itu kita menganggap mempergunjingkan orang juga menjadi wajar.
        Melalui hal ini kita diajak untuk memperhatikan sampai sejauh mana kehidupan kita dengan isi Injil. Demikian juga dalam perjamuan kudus Oekumene satu sisi perjamuan ini memberikan pemeliharaan atas iman dan keselamatan kita, dan sisi lain kita harus mawas diri hal kualitas iman yang kita miliki. Apakah iman kita sudah menjelma menjadi pelayanan kepada sesama bagi kemuliaan Tuhan, sekalipun tantangan datang silih berganti? atau kita masih melayani diri kita sendiri?