Selasa, 29 Agustus 2017

Jemaat Yang tertidur



Jemaat Yang Tertidur (Wahyu 3 : 1 – 6 )

Kota Sadris terletak di atas sebuah bukit yang terlalu kecil untuk perkembangan sebuah kota. Pertumbuhanya yang lambat membuat kota ini tertinggal dari kota kota lain yang lebih baru. Pada tahun 17M sebagian kota ini hancur karena gempa bumi. Penduduk kota Sardis ini yang cepat puas diri itu  harus menyaksikan kehancuran demi kehancuran.

Berbeda dengan surat surat lainnya, surat kepada jemaat Sardis ini tidak merinci satu musuhpun atau bahaya dari dalam ataupun dari luar. Kenapa pada kota ini Tuhan Yesus memperkenalkan diri sebagai pemilik ketujuh roh Allah dan tujuh bintang karena Masalah yang ada didalam jemaat itu bukan dengan orang orang Yahudi atau dengan kekaisaran Romawi, atau dengan guru guru palsu namun semata mata dengan diri sendiri. Demikianlah kondisi rohani jemaat Sardis. Mereka terlena dengan reputasi yang mereka miliki, yakni dienal sebagai gereja yang hidup. Akan tetapi Yesus mengetahui kondisi rohani Jemaat yang sesungguhnya. Sekalipun dari luar mereka kelihatan hidup sebenarnya mati atau tertidur.

Apa yang menyebabkan jemaat Sardis secara rohani tertidur? Oleh karena mereka cepat puas dengan apa yang mereka capai. Mereka terperangkap dalam dosa kemunafikan, yakni melakukan ibadah dan pekerjaan pelayanan semata mata untuk menyenangkan diri sendiri atau mendapatkan pujian dari manusia dan bukan untuk menyenangkan hati Tuhan. Yesus mengecam pekerjaan yang demikian. Dia menilai bahwa tidak satupun dari pekerjaan mereka didapati sempurna dihadapan Allah. Mereka hanya menerima dan mendengarkan Firman Tuhan, tetapi tidak mentaatinya.

Yesus menegur dan masih memberikan kesempatan kepada jemaat Sardis untuk memperbaiki diri dan bertobat. Kondisi tertidur secara rohani kalau tidak segera dibereskan dapat berakibat fatal. Yesus menasehati agar motifasi mereka dalam beribadah dan melakukan segala sesuatu bukan lagi karena mencari pengakuan manusia yang bersifat sementara. Ibadah harus dilakukan dalam ketulusan karena kasih dan ketaatan terhadap Firman Tuhan. Hal itulah yang bernilai kekal.

Penilaian Tuhan jauh lebih penting dari pada penilaian seluruh dunia. Apa yang Tuhan katakan adalah kenyataan. Jemaat ini tidak mengenal diri dan keadaan mereka yang sesungguhnya. Oleh sebab itu,  Tuhan Yesus memerintahkan agar jemaat ini bangkit dan menguatkan apa yang masih tinggal yang sudah hamper mati. Kaki dian dan terangnya belu sepenuhnya padam, masih ada sisa sisa yang baik yang harus kembali diperjuangkan. Tidak satupun pekerjaan mereka didapati sempurna dihadapan Allah. Kemungkinan besar jemaat ini masih menjalankan tradisi religious atau ibadah, namun tidak lagi memiliki kehidupan yang paling esensial diddalamnya. Doktrin doktrin dan pengakuan pengakuan diterima sebagai warisan yang diawetkan dan tidak dilestarikan dalam kehidupan berjemaat.

Kehidupan rohani jemaat Sardis menjadi pelajaran rohani yang berharga bagi kita dalam berjemaat yang hidup pada masa kini. Baik itu didalam kehidupan berkeluarga, dalam pekerjaan dalam masyarakat bahkan dalam bernegara, Firman Tuhan jangan dianggap sebuah dongeng yang meninabubukan iman kita, perhatikan dengan seksama apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam kehidupan kita. Firman Tuhan Ya dan Amin, tidak pernah salah dan juga tidak pernah keliru, segala sesuatu yang difirmankanNya pasti terjadi, oleh karena itu dengarkan FirmanNya, lakukan dalam hidupmu, maka saudara saudara akan layak disebut sebagai anak Tuhan. Maka waspadalah jikalau tidak waspada, kita pun dapat terlena dan tertidur. Mari kita tetap berjaga jaga dan melakukan ibadah dan pelayanan kita dengan hati yang tulus mengasihi Tuhan dan ingin menyenangkan hatiNya. Tuhan memberkati kita, Amin.