Jemaat Yang
Tertidur (Wahyu 3 : 1 – 6 )
Kota Sadris terletak di atas sebuah
bukit yang terlalu kecil untuk perkembangan sebuah kota. Pertumbuhanya yang
lambat membuat kota ini tertinggal dari kota kota lain yang lebih baru. Pada tahun
17M sebagian kota ini hancur karena gempa bumi. Penduduk kota Sardis ini yang
cepat puas diri itu harus menyaksikan
kehancuran demi kehancuran.
Berbeda dengan surat surat lainnya,
surat kepada jemaat Sardis ini tidak merinci satu musuhpun atau bahaya dari
dalam ataupun dari luar. Kenapa pada kota ini Tuhan Yesus memperkenalkan diri
sebagai pemilik ketujuh roh Allah dan tujuh bintang karena Masalah yang ada
didalam jemaat itu bukan dengan orang orang Yahudi atau dengan kekaisaran
Romawi, atau dengan guru guru palsu namun semata mata dengan diri sendiri.
Demikianlah kondisi rohani jemaat Sardis. Mereka terlena dengan reputasi yang
mereka miliki, yakni dienal sebagai gereja yang hidup. Akan tetapi Yesus
mengetahui kondisi rohani Jemaat yang sesungguhnya. Sekalipun dari luar mereka
kelihatan hidup sebenarnya mati atau tertidur.
Apa yang menyebabkan jemaat Sardis
secara rohani tertidur? Oleh karena mereka cepat puas dengan apa yang mereka
capai. Mereka terperangkap dalam dosa kemunafikan, yakni melakukan ibadah dan pekerjaan
pelayanan semata mata untuk menyenangkan diri sendiri atau mendapatkan pujian
dari manusia dan bukan untuk menyenangkan hati Tuhan. Yesus mengecam pekerjaan
yang demikian. Dia menilai bahwa tidak satupun dari pekerjaan mereka didapati
sempurna dihadapan Allah. Mereka hanya menerima dan mendengarkan Firman Tuhan,
tetapi tidak mentaatinya.
Yesus menegur dan masih memberikan
kesempatan kepada jemaat Sardis untuk memperbaiki diri dan bertobat. Kondisi tertidur
secara rohani kalau tidak segera dibereskan dapat berakibat fatal. Yesus menasehati
agar motifasi mereka dalam beribadah dan melakukan segala sesuatu bukan lagi
karena mencari pengakuan manusia yang bersifat sementara. Ibadah harus
dilakukan dalam ketulusan karena kasih dan ketaatan terhadap Firman Tuhan. Hal itulah
yang bernilai kekal.
Penilaian Tuhan jauh lebih penting dari
pada penilaian seluruh dunia. Apa yang Tuhan katakan adalah kenyataan. Jemaat ini
tidak mengenal diri dan keadaan mereka yang sesungguhnya. Oleh sebab itu, Tuhan Yesus memerintahkan agar jemaat ini
bangkit dan menguatkan apa yang masih tinggal yang sudah hamper mati. Kaki dian
dan terangnya belu sepenuhnya padam, masih ada sisa sisa yang baik yang harus
kembali diperjuangkan. Tidak satupun pekerjaan mereka didapati sempurna
dihadapan Allah. Kemungkinan besar jemaat ini masih menjalankan tradisi religious
atau ibadah, namun tidak lagi memiliki kehidupan yang paling esensial
diddalamnya. Doktrin doktrin dan pengakuan pengakuan diterima sebagai warisan
yang diawetkan dan tidak dilestarikan dalam kehidupan berjemaat.
Kehidupan rohani jemaat Sardis menjadi
pelajaran rohani yang berharga bagi kita dalam berjemaat yang hidup pada masa
kini. Baik itu didalam kehidupan berkeluarga, dalam pekerjaan dalam masyarakat
bahkan dalam bernegara, Firman Tuhan jangan dianggap sebuah dongeng yang
meninabubukan iman kita, perhatikan dengan seksama apa yang menjadi kehendak
Tuhan dalam kehidupan kita. Firman Tuhan Ya dan Amin, tidak pernah salah dan
juga tidak pernah keliru, segala sesuatu yang difirmankanNya pasti terjadi,
oleh karena itu dengarkan FirmanNya, lakukan dalam hidupmu, maka saudara
saudara akan layak disebut sebagai anak Tuhan. Maka waspadalah jikalau tidak
waspada, kita pun dapat terlena dan tertidur. Mari kita tetap berjaga jaga dan
melakukan ibadah dan pelayanan kita dengan hati yang tulus mengasihi Tuhan dan
ingin menyenangkan hatiNya. Tuhan memberkati kita, Amin.