Selasa, 31 Mei 2011

Sejarah

Sejarah

Kondisi Umum Jemaat ( Sejarah dan Profil Jemaat )
Pendahuluan
* Pada permulaan Allah menciptakan langit dan bumi, bumi belum berbentuk dan kosong, gelap menutupi samudra raya dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Berfirmanlah Allah :"Jadilah terang, lalu terang itu jadi. Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkannya terang itu dari gelap. Dan Allah menamai terang itu siang dan gelap itu malam, jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama ( Kejadian 1 : 1 - 5 ).
* Demikian juga awal sejarah Pasamuwan GKJW Mojoagung berdiri dan mulai ada, Sebelum Rohnya ada dalam gelap serta keluh kesah yang sering terdengar di tengah alam negara yang terjajah. Namun dengan semangat kasih dan kebenaran dari Tuhan, para orang  percaya pendahulu kita, bisa menyelamatkan dan mengembalikan mutiara yang indah dari lembah hina untuk dijadikan perhiasan kehidupan jasmani dan imannya.
* Kelompok kebaktian terbentuk, berjalan dari masa ke masa dari gejolak yang satu ke gejolak yang berikutnya, dari kenangan yang satu ke kenangan yang lainnya. Roda terus berputar dari suasana yang mendukung menuju suasana yang menantang. Namun dengan kesetiaan dan pengorbanan harta benda, jiwa raga diantara mereka saling membantu dan saling mengaasihi, karena kasih yang hidup dari Tuhan tak pernah mati, bahkan terus tumbuh dan berkembang menjadi sebuah gereja yang hidup sampai sekarang ini.

Sejarah Berdirinya GKJW Mojoagung
Mojoagung adalah kota distrik ( kawedanan ) kabupaten Jombang
Mojoagung dahulu disebut dengan Rosobo.
Pada tahun 1834 - 1844 Mojoagung menjadi persinggahan rombongan Nyai Dasimah dari Wiyung
yang akan menuju ke Ngoro untuk mencari pengetahuan atau memperdalam ilmu agama Kristen
kepada tuan Kooln. Sedangkan tuan Kooln sendiri sebelum pindah ke Ngoro bertempat tinggal di Mojoagung bisa di lihat pada isi surat Ngulati toya wening Bab 2, 3, 13 . . .

Orang Kristen Pertama di Mojoagung
Keberadaan orang Kristen / Gerombolan orang Kristen pertama kali di Mojoagung kurang jelas. Kemungkinan bapak Masadji yang waktu itu menjabat manteri guru di Mojoagung, kemudian disusul oleh materi guru dan guru-guru yang lain. Gerombolan Kristen di Mojoagung bukan penduduk asli. Mereka pendatang yang menetap di Mojoagung. Kemudian di layani Pasamuwan / Jemaat Mojowarno. Dan resmi menjadi gerombolannya pasamuwan Mojowarno.

Datangnya Guru Injil Suwoto Timin, Januari 1927
Suwoto Timin menjabat guru Injil mulai bulan Januari 1924 di Cisarua Bogor. Pada bulan Januari 1927 di panggil oleh Pasamuwan Mojowarno untuk menjadi guru Injil pasamuwan Mojowarno.
Pada waktu itu belum ada orang Jawa yang menjabat sebagai Pendeta, hanya guru Injil  Driyo Mestoko yang memperoleh jabatan Pendeta. Itupun berdasarkan kedewasaan Jemaat Mojowarno pada tahun 1923 seperti yang tertulis di pintu gerbang gereja Mojowarno. Rencananya guru Injil Suwoto Timin akan ditempatkan di Jemaat Kediri. Kemudian pendeta Driyo Mestoko mengatakan
tidak jadi di Kediri tetapi di Mojoagung. Guru Injil Suwoto Timin mengira Mojoagung itu sebuah Jemaat, ternyata hanya gerombolannya jemaat Mojowarno. Selama 4 bulan gerombolan Kristen di Mojoagung di layani Guru Injil Suwoto Timin dari Mojowarno. Baru pada bulan Mei 1927 pindah ke Mojoagung bertempat di Mojolegi. Kemudian pindah ke Miagan dan pindah lagi ke Mojolegi. Setelah berpindah-pindah tempat tinggal, guru Injil Suwoto Timin dapat membeli tanah dan rumah sendiri di Mojolegi.

Ibadah Minggu
Gerombolan Kristen di Mojoagung belum memiliki rumah ibadah, dan ibadah Minggu bertempat di rumah bapak Martam Martodiharjo. Yang melayani ibadah Minggu guru Injil Suwoto Timin. Apabila guru Injil Suwoto Timin melayani ibadah di jemaat Mojowarno atau jemaat lain, maka ibadah di gerombolan Mojoagung dipercayakan kepada Martam Martodiharjo dan Moersaid Wijotoatmojo dengan tuntunan kotbah dari guru Injil Suwoto Timin. Pada waktu itu sudah ada tukar pelayanan mimbar, atas inisiatif guru Injil Suwoto Timin. Tukar pelayanan mimbar ini hanya berlaku untuk pasamuwan besar seperti Mojowarno, Ngoro, Kertorejo, Mutersari, Bonmgsorejo dan Jombang. Pekerjaan guru Injil Suwoto Timin diatur oleh RAD pasamuwan Mojowarno. 3 hari melayani gerombolan Mojoagung, sebulan sekali melayani ibadah di Mojowarno dan Pendeta Driyo Mestoko melayani di Gerombolan MOjoagung.

Mulai membangun rumah ibadah.
Rencana gerombolan Mojoagung membangun rumah kebaktian di setujui oleh Rad Jemaat Mojowarno.
1. Rad pacawaisan Mojoagung lalu membentuk panitia pembangunan rumah kebaktian
2. Cara mencari dana
3. Pengumpulan dan penggunaannya.
4. Rumah ibadah yang dibangun berukuran 6 x 9 m

Rumah kebaktian diresmikan
Rumah kebaktian diresmikan pada hari Minggu 07 Juni 1931 oleh pendeta Driyo Mestoko dihadiri beberapa warga Rad jemaat Mojowarno dan guru kedewasaan Pandito C Van Engelen
yang hadir :
- Bp. Wedono
- Bp. Asisten Wedono
- Kepala Mantri irigasi
- Lurah desa Mojolegi dan Carik
-  Penata acara GI.Suwoto Timin
Jam 08.30 pagi peresmian rumah Ibadah dimulai dengan acara :
- Pengguntingan pita oleh Martodiharjo
- Kebaktian dilayani Pendeta Driyo Mestoko
  Firman Tuhan diambil dari Raja Raja 8:10-11

Kedatangan Bp.R. Tirtodiharjo
Beberapa bulan setelah rumah ibadah berdiri datanglah keluarga bapak Rohadi Tirtodiharjo pensiunan mantri guru yang tinggal di Mojotrisno. Kedatangan beliau sangat berguna bagi Mojoagung, dibutuhkan untuk membantu pelayanan dan pemikiran. Dan di kemudian hari beliau menjadi guru injil jemaat Mojoagung.

Gerombolan Mojoagung menjadi Jemaat
Gerombolan Mojoagung dilantik menjadi jemaat pada tanggal 27 Juni 1932, pada waktu itu belum ada pranata dari Majelis Agung tentang pendewasaan jemaat. Jemaat Mojowarno melakukan kepyakan karena kedewasaannya dan diketahui Rad Agung Mojowarno. (Majelis Agung Grejo Kristen Jawi Wetan berdiri pada tanggal 11 Desember 1931)
Pelaksanaan kepyakan oleh pendeta Driyo Mestoko diiringi Rad Jemaat Mojowarno
Pelaksanaannya :
I.  GI Suwoto Timin melayani Ibadah bacaan yang diambil di Kisah Para Rasul 16 : 9
II. Pendeta Driyo Mestoko melantik Gerombolan dan Rad pacawisan menjadi Jemaat dan Pasamuwan.
Rad Pacawisan yang ditahbiskan menjadi Rad Jemaat terdiri dari
1. Martam Martodiharjo                           Ketua
2. Admojo                                         Penulis
3. Moersahid Wiyotoadmojo                      Bendahara
4. Miyarso                                         Pembantu
5. Admojo adi                                      Pembantu
Pesan pendeta Driyo Mestoko
Sejak saat ini jemaat Mojoagung tidak tergantung lagi kepada jemaat Mojowarno karena sudah berdiri sendiri, bertanggung jawab sendiri dan menjadi persekutuan/ patunggilannya jemaat jemaat se GKJW Majelis Agung. GI Suwoto Timin tugasnya di Mojoagung sudah selessai.

GI Suwoto Timin boyong ke Mojowarno
sebelum GI Suwoto Timin boyong ke Mojowarno diadakan dauran Rad Jemaat yang baru di kepyakan pada bulan Juni 1934. Dalam ibadah Minggu.
Dalam ibadah itu mengambil firman di Yeremia 1:10
sedangkan Rad yang baru terdiri dari :
1. Martam Martodiharjo                                     Ketua I
2. Rohadi Tirtodiharjo                                       Ketua II
3. Gunawan Martiwiyoto                                    Penulis
4. Marsahid Wiryotoadmojo                                Bendahara
5. Miyarso                                                   Pembantu
GI Suwoto Timin resmi meninggalkan Mojoagung pada bulan September 1934
setelah ada surat dari Jemaat Mojowarno dan 2 pedati yang dikirim ke Mojoagung
Pelayanan Sakramen masih dibantu GI Suwoto Timin
Antara tahun 1937 atau 1938 atau 1939 Bp.Rohadi Tirtodiharjo diangkat oleh Jemaat Mojoagung menjadi guru Injil.

Tanah Makam
Pada waktu GI Suwoto Timin di Mojoagung ada perkumpulan kematian yang dinamakan  "Tondo Trisno" yang anggota anggotanya terdiri dari pegawai dari instansi dan saudara saudara Kristen. Termasuk GI Suwoto Timin.
Suatu ketika "Tondo Trisno" jatuh karena keuangannya dibawa lari (minggat) oleh bendaharanya, untuk meneruskan perkumpulan kematian Tondo Trisno tersebut anggotanya mengadakan rapat dan membentuk pengurus yang baru yang terdiri dari :
1. Bp.Kepala Mantri irigasi                                       Ketua I dari Islam
2. GI Suwoto Timin                                               Ketua II dari Kristen
3. Bp.Sekoter Pegadean                                           Penulis I dari Islam
4. Bp.Juru tulis Onderan                                           Penulis II dari Islam
5. Mursahid Wiyotoadmojo                                       Bendahara dari Kristen
6. Martam Martodiharjo                                           Komisaris dari Kristen
7. Admojo Adi                                                     Komisaris dari Kristen
Dengan Hidupnya "Tondo Trisno" kembali, dapat membeli tanah seluas 250 ru persegi terletak di Mojolegi di pinggir jalan ke Komodo. Pada tahun 1932 bapak kepala irigasi dan pengurus mengadakan rapat untuk memutuskan tanah makan milik "Tondo Trisno" dibelah 2, yang timur makam saudara Islam yang sebelah barat makam saudara Kristen. Pada Tahun itu pula anak GI Suwoto Timin meninggal dunia dan dimakamkan di Tondo Trisno pertama kali.

Sayembara Majelis Agung
Pada sekitar tahun 1950an Majelis Agung membuat sayembara untuk merubah kata Gerombolan yang selama ini dipakai menyebut kelompok  "Orang Kristen" kata gerombolan tersebut diganti dengan kata yang lebih baik karena kata gerombolan itu dipakai oleh umum yang berarti tidak baik.
contoh   : gerombolan perampok dan lain lain
GI Suwoto Timin lewat Mantri Yatiman KinKin santri mengusulkan kata gerombolan diganti menjadi kata Panthan dan Mantri Yatiman keluar sebagai pemenangnya dalam sayembara itu dan mendapatkan hadiah. Sampai sekarang kata Panthan di pakai jemaat se GKJW.

Pendeta Yang pernah melayani di Jemaat Mojoagung Baik yang Pendeta Baku maupun Pendeta Konsulen Adalah :
Pendeta Baku :
1. Pdt.Elieser Kaiden
2. Pdt.Suprayitno
3. Pdt.Prayitno Elias Sabun
4. Pdt.Pudyo Satata
5. Pdt.Sunardi (Alm)
6. Pdt.Priyo Utomo, M.Min (2012 - 2019)
7. Pdt.Agus Supriyono, S.Si (Sekarang)

Pdt.Konsulen :
1. Pdt.Kawahyo
2. Pdt.Emanuel
3. Pdt.Patria Yusak
4. Pdt.Kuncoro Ery Bowo
5. Pdt.Subakti

GI.Suwoto Timin yang mengawali pelayanan di Pepanthan Mojoagung hingga menjadi Jemaat Mojoagung.
Vikar yang pernah ditempatkan di Mojoagung Vik.Miljuto

Perjalanan Jemaat Mojoagung :
Perjalanan Jemaat Mojoagung yang sempat terekam atau sempat diingat oleh beberapa orang penatua & diaken tentang bergabungnya Babatan desa Sumberjo sebagai bagian dari Jemaat Mojoagung yang pada akhirnya menjadi Pepanthannya Mojoagung sampai saat ini. Hal yang berikutnya adalah hal yang paling menyedihkan bagi pelayanan Jemaat Mojoagung yaitu meninggalnya Pepanthan Sumobito sekitar tahun 2007. Alasan yang paling mendasar adalah berkurangnya jumlah warga yang berada disana dikarenakan banyak yang keluar dari wilayah tersebut, keluar dari keimanan Kristen, banyak warga yang sudah sepuh dan kurangnya perhatian dari Induk. Perlu diketahui bahwa warga pepanthan Sumobito terdiri dari 2 kecamatan waktu itu, yaitu kecamatan Sumobito (6KK) dan kecamatan kesamben (7 KK), inilah pelajaran yang perlu dibangun supaya hal yang sama tidak terjadi lagi di Jemaat ini, begitu juga bagi jemaat jemaat yang lain di GKJW. Sebelum tahun 2000 jemaat Mojoagung juga 4 kali mendapat dana kemitran, akan tetapi yang terealisasi hanya 2 kali karena yang 2 kalinya tidak diambil karena para pelayan merasa malu. Jemaat Mojoagung juga pernah berjalan tanpa PKT yaitu tahun 2008, namun tahun tahun berikutnya berjalan seperti jemaat jemaat yang lain. Tahun 2009 Rencana anggaran yang sudah ditetapkan dan realisasinya bisa balance, begitu juga tahun tahun berikutnya hingga saat ini, hanya pada tahun 2015 saja anggaran yang sudah direncanakan tidak tercapai. Jemaat Mojoagung ditempai sidang Majelis Daerah 2 kali, yang pertama masih MD Surabaya, yang ke 2 MD Surabaya Barat pada tahun 2015, dan yang akan datang yang ke 3 yang akan datang bulan April 2021 adalah MD Jombang Surabaya Barat. Dalam perjalanannya Rintangan, hambatan selalu ada baik dari pelayan, warga juga dana tidak berhenti menghiasi perjalanan jemaat ini, namun dibalik itu juga ada prestasi yang menaungi jemaat yang bersifat Nasional GKJW, yaitu pada saat PRP ke 2 yang dilaksanakan di jemaat Sidorejo Kediri, Pemuda Mojoagung menyandang juara I lomba fotografi, sekaligus menjadi satu satunya gelar yang diperoleh oleh MD surabaya Barat waktu itu. Ada 2 putra Jemaat Mojoagung yang sudah mengabdi di Sinode GKJW sampai saat ini yaitu Pdt.Suwito dan Pdt.Fajar Hari Pratomo.
GKJW Jemaat Mojoagung terletak di Jl Veteran 373 Mojoagung 61482, Kecamatan Mojoagung. Sebuah jemaat yang terdiri dari induk dan satu pepanthan yaitu Pepanthan Babatan yang terletak di kecamatan Wonosalam. Induk sendiri terdiri dari dua kelompok yang warganya tersebar di beberapa kecamatan. Kelompok Paulus ( kec Mojoagung dan Kec Trowulan) dan kelompok Maranatha ( Kec Mojoagung, Kec  Jogoroto, Kec Sumobito dan Kec Kesamben ). Untuk kegiatan - kegiatan yang lain bisa dilihat pada judul kegiatan jemaat di web ini. Untuk sementara ini yang bisa kami sampaikan erkembangan jemaat Mojoagung.

Dan ini salah satu bukti
berkembangnya GKJW Mojoagung yang berupa perayaan Hari Natal 2010



Deklarasi GusDurian Mojoagung
Dalam perjalanannya Jemaat Mojoagung juga turut ambil bagian dalam rangka mewujudkan persatuan dan kesatuan Bangsa, Berawal dari sebuah pertemuan yang di prakarsai oleh anak muda bernama Surya Alam yang bertamu ke kapanditan untuk membicarakan suatu hal yang sangat penting bagi bangsa ini yaitu mau membentuk kelompok GusDurian di wilayah Mojoagung, atas saran dari pendiri Gusdurian Gus Aan yang juga akan ditandai dengan sebuah deklarasi yang dalam acara tersebut akan dibagikan bingkisan sembako dari paroki St.Stefanus yang ada di surabaya. Tanggal 09 Oktober sembako datang dari surabaya sebanyak 100 bingkisan. Oleh kelompok dan Panitia kecil ditata secara proporsional ke pada saudara saudara dari Kristen dan Muslim, maka pada Minggu 11 Oktober 2020 pukul 18.00  diadakan rapat dalam rangka mekanisme pembagian bingkisan tersebut, dikarenakan masih dalam rangka memerangi pandemi dan untuk memutus matarantai penyebaran virus tersebut dalam setiap kegiatan harus selalu sesuai dengan protokol kesehatan yang sudah di anjurkan oleh pemerintah. 
Maka tibalah saatnya dilaksanakan Deklarasi pada hari Senin 19 Oktober 2020 dimulai pukul 15.00 dan kami akan menampilkan dokumen dokumen yang sempat kami rekam.
Diawali dengan Menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
Dilanjutkan Sambutan Oleh Gus Aan (GusDurian)
Gus Udi (Su'udi) (Dari Tokoh Agama)
Pdt.Agus Supriyono, S.Si (dari Tuan rumah sekaligus dari tokoh Agama Kristen)
Kompol Paidi (Kapolsek Mojoagung)
Penyerahan Piagam GusDurian
dan Diakhiri Doa, 
ditutup dengan Menyanyikan Lagu Bagimu Negri